Saturday 6 August 2011

Tafsir : Ancaman Bagi Pemfitnah dan Penggibah serta Kritik atas Si Kaya Yang Pelit

Tafsir QS. al-Humazah/104:1-9:



Disadur oleh : Ayang Utriza NWAY



«Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela»

  1. Menurut Ibnu Abbas mereka adalah orang-orang yang memfitnah dengan adu domba, orang-orang yang memutuskan hubungan antara teman, orang-orang yang mencari keburukan/aib.
  2. Menurut Muqâtil, al-humazah adalah yang menceritakan aibmu/menjelek-jelekkanmu di belakangmu (tanpa sepengetahuanmu), sementara al-lumazah adalah orang yang mencelamu di hadapanmu (dengan sepengetahuanmu). Abul ‘Aliyah dan Hasan berpendapat sebaliknya.
  3. Menurut Sa’id Ibn Jubayr dan Qatâdah al-Humazah adalah orang yang memakan daging manusia dengan menggibah mereka (membicarakan keburukan mereka), sementara al-lumazah adalah orang yang memfitnah atau menuduh.
  4. Menurut Ibn Zayd al-Humazah adalah orang yang mengumpat/memfinah seseorang dengan tangannya dan memukulnya, al-Lumazah adalah orang yang mencela dengan lidahnya dan menjelek-jelekkannya.
  5. Menurut Sufyan al-Tsauri al-Humazah adalah orang yang mengumpat dengan lidahnya dan al-Lumazah adalah orang yang mencela dengan matinya.
  6. Menurut Ibn Kîsân, al-Humazah adalah orang yang menyakiti temannya dengan kata-kata yang buruk, sementara al-Lumazah adalah orang yang melotot dengan matanya, mengisyaratkan dengan kepalanya, dan mengerlingkan dengan alisnya. Asli makna al-Humazah adalah menghancurkan dan menggigit sesuatu dengan keras.

Para ulama berbeda pendapat mengenai kepada siapa turun ayat ini:
  1. Menurut al-Kalbi, ayat ini turun kepada al-Akhnas Ibn Syuraiq Ibn Wahab al-Tsaqafi, ia berada di tengah masyarakat dan menggibah mereka.
  2. Menurut Muhammad Ibn Ishâq, kami masih mendengar bahwa surat ini turun kepada Umayyah Ibn Khalaf al-Jamhi
  3. Menurut Muqâtil, ayat ini turun kepada al-Walîd Ibn al-Mughîrah. Ia mengumpat Nabi saw. di belakangnya dan mencela Nabi di depannya.
  4. Menurut Mujâhid, ayat ini adalah umum untuk semua orang yang mempunyai sifat ini.


Yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung



Ada dua pendapat mengenai cara baca jama’a: menurut Abû Ja’far, Ibn ‘Amir, Hafsh, Hamzah, dan al-Kisâ’i “jamma’a“ dengan tasydid mim untuk memperbanyak (littaksîr), sementara yang lainnya tanpa tasydid. ’addada adalah menghitungnya. Menurut Muqâtil, maksudnya adalah mengumpulkan harta, menyimpan, dan menjadikannya sebagai bekal baginya.


Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya
Di dunia, ia mengira tidak akan mati dengan hartanya.


 Sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah.
Kata ’kallâ’ (tidak akan) adalah penolakan bahwa hartanya akan membuatnya abadi. Justeru sebaliknya, ia akan dilemparkan ke dalam ’huthamah’ yaitu di dalam jahannam. Huthamah adalah salah satu nama neraka, seperti saqar, lazha. Dinamakan huthamah karena akan melumat tulang dan menghancurkannya.

Dan tahukah kamu apa Huthamah itu?

(yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan,

Yang (membakar) sampai ke hati.
Sakit dan pedihnya sampai ke hati. Ittilâ’ di sini berarti al-bulûgh yang bermakna sampai. Seperti dikatakan seorang Arab: matâ tala’at ardlunâ ay balaghat (ketika sampai ke tanah kami?). Maksudnya: huthamah akan memakan apa saja hingga habis sampai ke hatinya, demikian pendapat al-Qarzi dan al-Kalbi.

Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka,
Bertingkat-tingkat dan tertutup.

(sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang.
Hamzah, al-Kisâ’i, dan Abû Bakr membacanya dengan dlammah (‘umud), sementara yang lain membacanya dengan fathah (‘amad), seperti firman Allah dalam QS. al-Ra’ad/13:2 :

Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat…
Keduanya adalah bentuk jamak dari kata tunggal ‘amûd’, seperti adîm yang memiliki bentuk jamak adam dan udum, demikian pendapat al-Farâ. Sementara menurut Abu ‘Ubaydah bentuk keduanya adalah bentuk jamak dari ‘imâd, seperti ihâb yang memiliki bentuk jamak ahab dan uhub.
    1. Ibnu Abbas berkata: mereka diikatkan (dimasukkan) pada tiang-tiang dan mereka ditarik dengan tiang-tiang itu, dan di leher-leher mereka ada rantai-rantai yang dikaitkan ke pintu-pintu.
    2.  Qatâdah berkata: ia adalah tiang-tiang yang digunakan untuk mengazab mereka di neraka.
    3. Menurut bacaan Abdullah yang membacanya ‘bi’amadin’ ‘dengan tiang’: ia adalah pasak-pasak penutup dari setiap penutup penduduk neraka. Artinya : mereka ditutup dengan pasak-pasak/tiang-tiang yang panjang.
    4. Muqâtil berkata: semua pintu neraka ditutup, kemudian disumbat/ditutup dengan tiang-tiang dari besi neraka hingga panasnya kembali kepada mereka. Pintu itu tidak akan dibuka sehingga angin pun tidak akan masuk. Mumaddah adalah sifat dari tiang, yaitu panjang sehingga lebih menancap dalam (dibanding pendek).       

Wallahu a’lam

***
Sumber :
Imam al-Baghawi, Tafsir al-Baghawi, (Lebanon, Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, t.t., t.p.)

No comments: