Friday 26 August 2011

Hukum Berzakat atau Bersedekah Kepada Sanak Saudara atau Kerabat

  • Imam Bukhari meriwayatkan hadis dari Anas Ibn Malik bahwa Abu Thalhah menzakatkan/menginfakkan barang yang paling dicintainya (QS. Alu ‘Imran:92, lan tanalul birra hatta tunfiqu mimma tuhibbun). Kemudian Abu Thalhah berzakat kepada kerabat dan anak-anak pamannya (keponakannya). Rasulullah bersabda ‘lahu ajrâni : ajrul qarâbati wa al-sadaqati’ (Baginya 2 pahala: pahala berkat kekerabatan dan pahala berkat sedekah/zakat). (lihat Ibn Hajar al-‘Asqalani, Fathul Bari Bisyarh Sahih al-Bukhari, hadis no. 1461, juz 4, h. 84).
  • Setiap Rasulullah selesai salat Idul Fitri atau Idul Adha dan saat pulang beliau selalu menasehati dan mengajarkan untuk bersedekah. Saat melewati para sahabat perempuan, Rasulullah bersabda: “Bersedakahlah kalian, sebab kebanyakan perempuan aku lihat di neraka.” “Mengapa demikian?, tanya para perempuan. “Karena kalian suka melaknat (menghina) dan kufur (tak bersyukur) atas penghasilan/pendapatan keluarga”, jawab Rasulullah (lihat Ibn Hajar al-‘Asqalani, Fathul Bari Bisyarh Sahih al-Bukhari, hadis no. 1462, juz 4).
  • Zaynab, isteri Abdullah Ibnu Masud, datang ke Rasulullah dan mengatakan bahwa dia memiliki perhiasan dan ingin menyedekahkannya. Tetapi, suaminya mengatakan bahwa ia dan anak-anaknya lebih berhak mendapatkan sedekah itu. Rasulullah bersabda « sadaqa Ibnu Mas’udin, zawjuki wa waladuki ahaqqu min an tasaddaqti bi alayhim » Ibnu Mas’ud benar, suami dan anakmu lebih berhak mendapat sedekah darimu (lihat Ibn Hajar al-‘Asqalani, Fathul Bari Bisyarh Sahih al-Bukhari, hadis no. 1462, juz 4).
  • Imam Bukhari meriwayatkan hadis dari Amru Ibn Haris bahwa Zaynab, isteri Abdullah Ibnu Masud datang kepada Rasulullah dan bertanya « Apakah aku boleh berzakat/bersedekah kepada suami dan anak-anak yatim asuhanku ? Rasulullah menjawab : na’am wa laha ajrani : ajrul qarâbati wa ajrul sadaqati (Ya, boleh. Baginya 2 pahala: pahala berkat kekerabatan dan pahala berkat sedekah/zakat) (lihat Ibn Hajar al-‘Asqalani, Fathul Bari Bisyarh Sahih al-Bukhari, hadis no. 1466, juz 4).
  • Imam Bukhari meriwayatkan hadis dari Zaynab Bint Ummi Salamah. «Wahai Rasulullah, apakah aku dapat pahala berzakat/bersedekah terhadap anak-anak Abu Salamah yang secara nyata mereka adalah anak-anakku juga?”. Rasulullah menjawab “Anfiqi alayhim, falaki ajrun ma anfaqta ‘alayhim.” “Infakkanlah (sedekahkanlah/zakatkanlah) hartamu kepada mereka. Bagimu pahala atas apa-apa yang engkau infakkan kepada mereka.” (lihat Ibn Hajar al-‘Asqalani, Fathul Bari Bisyarh Sahih al-Bukhari, hadis no. 1467, juz 4).
  • Dengan demikian hukum berzakat ke sanak-saudara dan kerabat adalah BOLEH, selain orang tua, anak-isteri, dan saudara kandung perempuan yang belum menikah.
  • Isteri boleh berzakat ke suami, karena bukan tanggung jawabnya berdasarkan hadis dari Zaynab (HR. Bukhari). 
  • Berzakat ke keponakan boleh berdasarkan hadis dari Abu Thalhah (HR. Bukhari).

Wallahu a’lam. Semoga bermanfaat.

AYANG UTRIZA NWAY

No comments: