Sunday 7 August 2011

Malu, Pornografi dan Iman Kita

Oleh : Ayang Utriza NWAY


Allah berfirman :
Alam ya’lam bi’annalLâha yarâ
«Tidakkah ia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya»
(QS. Al-‘Alaq/96:14).

Rasulullah bersabda :
al-Hayâ’u min al-îmân
«Malu adalah sebagian dari iman»
(HR. Tirmidzi dari Abû Hurayrah»


Malu adalah bagian dari iman, seperti sabda Rasulullah ‘al-Hayâ’u min al-îmân’ «Malu adalah sebagian dari iman» (HR. Tirmidzi dari Abû Hurayrah». Artinya, sebagai seorang muslim kita harus mempunyai sifat malu, jika ingin dikatakan sebagai mukmin. Seorang dikatakan mukmin tidak cukup dengan beriman kepada Allah dan Rasulullah saja. Mukmin yang benar-benar ingin meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaannya, maka dia harus memiliki sifat malu. Sifat malu adalah salah satu sifat yang harus dimiliki oleh seorang penempuh jalan (sâlik) menuju keridloan Allah swt. dalam tahapan-tahapan kesufian. Sifat malu berarti meyakini bahwa semua perbuatan kita selalu diperhatikan Allah.

Allah berfirman ‘Alam ya’lam bi’annalLâha yarâ’ «Tidakkah ia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya» (QS. Al-‘Alaq/96:14). Jika demikian, maka kita akan merasa malu; kalau akan melakukan perbuatan dosa. Sebab Allah maha menatap, Allah maha menyaksikan atas apa yang kita lakukan. Karena itu, tidak ada celah bagi seorang mukmin yang telah mempunyai sifat malu untuk melakukan dosa.

Imam al-Mawardi menjelaskan dalam kitab Adab al-Dunya wa al-Dîn (h. 240) bahwa tanda kebaikan ialah kelembutan dan malu, adapun tanda keburukan ialah kurang ajar dan suka berkata kotor/cabul. Artinya, sifat yang lemah lembut dan pemalu dapat menuntut kita menuju kebaikan. Sebaliknya, kurang ajar dan suka berkata kotor/cabul akan menuntun kita menuju jalan keburukan. Oleh karena itu, Rasulullah bersabda “al-hayâ’u wa al-‘ayyu syu’batâni minal îmân, wal bazâ’u wal bayânu syu’batâni minan nifâq” “malu dan lembut adalah 2 cabang keimanan, dan suka berkata kotor/cabul dan banyak omong adalah 2 cabang kemunafikan”. (HR. Hassan Ibn ‘Athiyyah dari Abu Umamah).

Sifat malu akan mengantar pemiliknya ke surga. Dan sifat suka berkata kotor/cabul mengantar pemiliknya ke dalam api neraka. Inilah yang Rasulullah sabdakan “al-hayâ’u minal iman, wal iman fil jannati, wal bazau minal jufâ’i wal jufa’u finnâri’ “malu adalah sebagian dari iman, dan iman berada di surga, berkata kotor/cabul sebagian dari perbuatan tak berguna, dan Sesuatu yang tak berguna berada dalam neraka. (HR. Abu Salmah dari Abu Hurayrah).

Dengan demikian, sebenarnya, jika kita menjadi mukmin yang sejati, maka tidak ada lagi polemik pornoaksi dan pornografi : tarian, penerbitan tabloid dan majalah-majalah porno. Sebab, jangankan pornoaksi dan pornografi, berbicara yang sifatnya kotor, cabul dan berbau porno dilarang dalam Islam. Oleh karena itu, apa yang tengah terjadi dalam tubuh umat Islam saat ini adalah karena kita tidak punya rasa malu.

Kita sendiri adalah penikmat yang berbau pornografi, lalu bagaimana mungkin hati ini menjadi bersih? Bagaimana mungkin keridloan Allah akan dicapai sementara kita selalu melihat hal-hal yang berbau pornografi? Bukankah Allah melarangnya? Wa la taqrabul zina, jangan dekati zina, firman Allah dalam Alquran. Salah satu tanda mendekati zina ialah mendekati dengan hal-hal yang berbau porno: internet, sms, tabloid, majalah, film atau tayangan tv yang berbau pornografi. Pelaku dan penikmat pornografi di Indonesia adalah umat Islam, karena kita mayoritas umat Islam: dari anak SD sampai kakek-kakek terjerumus dalam kemaksiyatan pornografi.

Maka tak heran jika setiap hari ada pemerkosaan dan pencabulan. Yang lebih mengerikan, terkadang ayah kandung tega memperkosa anak sendiri, atau kakek memperkosa cucu. Hendak ke manakah umat ini? Mau ke manakah bangsa ini? Anak gadis diperjualbelikan, minuman keras menjadi minuman harian, narkoba adalah makanan pelengkap, korupsi sudah menjadi hobi, selingkuh dan berzina menjadi gaya hidup. Lalu di mana arti kita shalat, puasa, mengaji? Oleh karena itu, Rasulullah bersabda ‘yabna adam, iza lam tastahyi fasna’ ma syi’ta!’ wahai anak adam jika kamu tidak malu, maka berbuatlah sesukamu! (HR. Syu’bah dari Abu Mansur al-Badriyy).

Dengan memiliki sifat malu, maka ini adalah boikot paling dahsyat untuk mematikan semua bentuk kemaksiyatan yang berkaitan dengan bisnis porno dan esek-esek. Kenapa di negeri kita pornografi berkembang luar biasa tanpa ada aturan masalah porno ini? Salah satunya karena umat Islamnya sudah tidak lagi memiliki rasa malu. Ringkasnya, berani mengucapkan kata kotor/cabul dan menikmati hal yang berbau pornografi dan pornoaksi merupakan tanda bahwa kita sudah tidak lagi mempunyai sifat malu.

Lalu apakah tanda-tanda orang yang sudah memiliki sifat malu ? Bagaimana agar kita memiliki sifat malu ? Suatu saat Rasulullah bersabda kepada para sahabatnya: « Istahyû minallâhi haqqal hayâ’, malulah kalian di hadapan Allah dengan malu yang sebenar-benarnya. Para sahabat berkata « tapi kami sudah merasa malu wahai Nabiyyallâh, alhamdulillah. Rasulullah menjawab « itu bukanlah malu yang sebenarnya » «Orang yang malu dengan sebenar-benarnya ialah : falyahfazir ra’sa wama wa’a wal yahfazil batna wa ma hawa, wa liyazkural mawta walbala, wa man arâdal akhirat taraka zinatad dunya « orang yang menjaga fikiran dan bisikan hatinya, yang menjaga perut dan apa yang dimakannya, yang mengingat mati dan azab kubur, serta yang meninggalkan perhiasan dan keindahan kehidupan dunia. » Jika demikian, kata Rasulullah, faqadistahya minallahi haqqal haya’i, maka orang itu sudah malu kepada Allah dengan sebenar-benarnya malu. (HR. Tirmidzi dari Abu Hurayrah). Inilah tanda, ciri-ciri dan cara agar kita memiliki sifat malu. Wallahu A’lam.

No comments: