Tuesday 1 January 2013

Makna "Ummatan Wasatan" di dalam QS. 2:143

oleh: Ayang Utriza YAKIN

Umat Islam yang diidamkan oleh Alquran adalah “umat wasatan”, yang berarti umat yang berada di tengah-tengah (wasatiyyah).

Tetapi, apakah makna “ummat wasatan” di dalam al-Baqarah ayat 143 tersebut ?

Menurut Ibnu Abbas, al-Suyuti, dan al-Baydlawi, di dalam tafsir mereka masing-masing, bahwa makna wasatan adalah “adil dan seimbang”. Artinya, umat Islam itu harus selalu berbuat adil, harus melakukan sesuatu itu dengan seimbang antara ilmu dan amal, antara teori dan praktek, mengerjakan sesuatu harus sesuai dengan tuntutan Alquran dan Ilmu pengetahuan.

Ummatan wasatan adalah umat Islam yang Moderat, yaitu umat yang tidak ekstrem kanan (salafi-wahabi, jihadi, integris, fundamentalis, dan radikal) dan tidak ekstrem kiri (liberal, ultra-liberal). Umat Islam itu harus berada di tengah-tengah : moderat.

Ummatan wasatan adalah umat Islam yang dapat menerima perbedaan pendapat, karena perbedaan adalah hal yang alamiah, walaupun dalam satu agama (QS. 10:19).

Oleh karena itu, jangan merasa paling benar sendiri. Jangan menganggap yang lain itu kafir, hanya berbeda pendapat. Jangan merasa hanya diri yang sebagai paling islami dibanding yang lain. Jangan menganggap surga itu milik kelompoknya saja. Jadilah orang yang dapat menerima kebenaran itu dari mana saja datangnya, seperti kata Rasulullah saw ‘khuzil hikmah min ayyi wi’a’in kharajat’.  

Lalu, apakah ciri ummatan wasatan itu ?

Menurut Khaled Abou-Fadl, adalah umat yang toleran dan dapat hidup berdampingan dengan damai dengan siapapun yang berbeda agama dan keyakianan.

Menurut KH. Achmad Siddiq, adalah umat yang menunjukkan, menampilkan, mengejawantahkan, dan melakukan empat hal : tawassut, tawazun, ta’adul, dan tasamuh, yaitu selalu bersikap di tengah-tengah, seimbang, adil, dan toleran.

Berdasarkan keterangan di atas, maka “ummatan wasatan” adalah umat Islam yang damai, ramah, toleran, dan menegakkan keadilan.

Wallahu a’lam.

Sumber bacaan :

Tafsir Ibnu Abbas, Juz I, h. 24,
Tafsir al-Suyuti, al-Durr al-Mansur fi al-Tafsîr bi al-Ma’tsûr, Juz I, h. 348
Tafsir al-Baydlawi, Juz I, h. 431
The NU and Islam Moderatism in Indonesian Islam, A. Najib Burhani, 2012.

No comments: