Monday 15 August 2011

Musibah Kematian

Kematian adalah musibah bagi seorang muslim dan musibah tersebuh adalah musibah paling berat. Allah berfirman dalam QS. al-Mâ’idah/5:106:

 «… Lalu kamu ditimpa musibah kematian… ».

Arti Kematian

·         HR. Tirmizi meriwayatkan hadis bahwa saat anak Nabi Adam meninggal, Nabi Adam berkata kepada isterinya Siti Hawa : « Wahai Hawa anakmu sudah meninggal » (Ya hawwâ’ qad mâta ibnuki). Kemudian Hawa bertanya : «Wa ma al-mawtu ? » (Apa itu mati). Adam menjawab « la ya’kulu, wa la yasyrabu, wa la yaqûmu wa lâ yaq’udu » (Mati itu tidak makan, tidak minum, tidak berdiri dan tidak juga duduk). Mendengar itu pun Siti Hawa menangis. 

·        Kematian adalah terputusnya bergantungnya ruh dengan badan dan berpisahnya ruh dengan badan, berubahnya keadaan, dan pindahnya dari rumah satu ke rumah yang lain  (al-mawtu huwa inqitâ’u ta’alluqi al-rûhi bi al-badani wa mufâraqatuhu, tabaddulu hâlin, wa intiqâlu dârin ilâ dârin).

·         Hayyân Ibn al-Aswad berkata « al-Mawtu jisrun yuwsilu al-habîbab ila al-habîbi » (Kematian itu seperti jembatan. Jembatan yang menghubungkan kekasih (makhluk) kepada kekasih [Allah]).


Berangan-angan Mati

·         HR. Muslim dari Anas « La yatamannayanna ahadakumul mawta bidurrin nuzila bihi » Janganlah di antara kalian berangan-angan mati dengan bahaya yang menimpa dirinya.
·         

Imam Bukhari meriwayatkan hadis dengan isi yang kurang lebih sama dan kemudian berkata « Janganlah di antara kalian berangan-angan kematian, karena (dengan umurnya yang panjang)  jika ia orang baik, semoga kebaikannya bertambah dan jika ia orang buruk, semoga ia dapat bertaubat » (La yatamannayanna ahadakumul mawta : Immâ muhsinan, fala’allahu an yazdâda kyahran. Wa immâ musî’an fala’allahu an yasta’tiba).

·         Sahal Ibn Abdullah al-Tustari (seorang sufi) berkata : lâ yatamannâ ahadukum al-mawfta illâ salâsatin : (janganlah seseorang berangan-angan mati, kecuali tiga orang) : rajulun jâhilun bima ba’dal mawt (seorang bodoh yang berangan-angan setelah kematian), aw rajulun yafirru min aqdârillâhi ta’âlâ (seorang yang lari dari takdir Allah swt.), musytaqun muhibbun liliqâ’illâhi ‘azza wa jalla (seorang yang rindu dan cinta untuk bertemu dg Allah).


AYANG UTRIZA NWAY

(Sumber bacaan: Imam al-Qurtubi, al-Tazkirah Fi Ahwâl  al-Mawtâ, Beirut : Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, t.t.)

No comments: