Tuesday 2 August 2011

Mengenal Hati dan kabar Bumi



Oleh: Ayang Utriza NWAY


Di dalam tubuh manusia itu ada segumpal darah, ketahuilah itulah hati. Jika baik hati itu, baiklah semua perbuatannya, jika rusak, maka rusaklah seluruh perbuatannya (HR. Bukhari dan Muslim).

Majelis taklim, ceramah keagamaan, bacaan yang bagus adalah di antara makanan hati. Hati butuh makanan. Makanannya adalah nasehat-nasehat agama.

Tanda-tanda hati yang mati kata Ibnu Athaillah al-Sukandari dalam al-Hikam, seperti yang dijelaskan oleh Ibn ‘Abbad al-Randi al-Nazafi dalam Syarhul Hikam (Maktabat Thaha Putra, Semarang, t.t., Juz I, hlm. 42), adalah:

  1. Adamul Huzni, tidak ada kesedihan sama sekali atas semua perbuatan buruk dan maksiyat yang dilakukan.
  2. Tarkun Nadmi, tidak ada penyesalan sama sekali atas semua perbuatan buruk dan maksiyat yang dilakukan.

Hati akan hidup dengan perbuatan baik dan amal ibadah. Sebuah khabar mengatakan «ma sarrathu hasanâtuhu wa sâ’athu sayyi’âtuhu fahuwa mukmin.» Barang siapa yang bahagia karena perbuatan baiknya, dan sedih karena perbuatan buruknya, maka ia adalah seorang beriman. Sebaliknya, jika seseorang berbuat buruk dan maksiyat, tetapi ia tidak sedih dan tidak menyesal, maka ia memiliki hati yang mati.

Suatu ketika Rasulullah kedatangan tamu seorang lelaki yang mengatakan bahwa ia telah telah berhari-hari melakukan perjalanan siang malam, menembus siang, menembus malam, tidak tidur, terus bergadang untuk bertemu Rasulullah.

Kemudian Rasulullah bertanya « Siapa namamu ? ».

Ia pun menjawab «Zaid al-Khayl» (Zaid si Kuda).

Mendengar namanya, maka Rasulullah ganti namanya menjadi «Zayd al-Khayr » (Zaid yang Baik).

Lalu Zayd berkata : « Aku datang ke sini untuk bertanya kepadamu apakah tanda orang-orang yang diinginkan atau dikehendaki Allah dan orang yang tidak diinginkan Allah.

Rasul menjawab Bakh, Bakh (hebat, hebat). « Apa yang kau lakukan setiap pagi », tanya Rasulullah.

Zaib menjawab setiap pagi aku mengerjakan sesuatu yang baik dan saya suka melakukan perbuatan yang baik. Jika saya telah mengerjakan perbuatan baik , saya rindu sekali kepada perbuatan baik itu. Dan, jika saya mengerjakan satu perbuatan baik, banyak atau sedikit, saya yakin akan ganjarannya.

Rasul menjawab « Itulah tanda orang yang Allah inginkan. » Artinya, Allah menginginkan semua hambanya mencintai kebaikan dan melakukan perbuatan baik itu. Pertama, ketika sudah melakukan perbuatan baik itu, ia rindu untuk melakukannya lagi. Kedua, ia yakin akan ganjaran Allah atas perbuatan baiknya, sedikit atau banyak. Dan sebaliknya, orang yang tidak disukai atau diinginkan Allah adalah mereka yang suka berbuat buruk dan maksiyat dan terus melakukannya.

Perbuatan Kita dan Kabar Bumi

Perbuatan baik dan buruk yang dilakukan di atas bumi, maka bumi menjadi saksinya. Allah swt. berfirman:

« Pada hari itu bumi menceritakan beritanya » (QS. al-Zalzalah/99 :4)

Imam al-Baghawi menjelaskan mengenai ayat ini dalam tafsirnya ma’âlim al-tanzîl (h.1427) bahwa Bumi akan menceritakan apa yang pernah terjadi dan dilakukan di atasnya.

Abu Hurayrah meriwayatkan sebuah hadis bahwa ketika membaca ayat ini Rasulullah bersabda «Tahukah kalian apa berita bumi itu ?

Sahabat menjawabnya «Allah dan Rasulnya yang maha tahu. »

Berita bumi adalah bahwa bumi akan bersaksi atas setiap orang dan umat tentang apa yang telah ia atau mereka lakukan di atas bumi. Dan, bumi akan berkata « Ia telah melakukan ini dan ini, pada hari ini dan itu…. Inilah kabar bumi, kata Rasulullah.

Jadi, bumi akan menjadi saksi atas semua perbuatan buruk kita yang pernah kita lakukan sekarang ini, semasa hidup kita.

Karena itu, peliharalah hati dan perbaikilah dengan akhlak yang baik kepada semua manusia, alam, dan Allah tentunya. Wallahu a’lam.

No comments: