Friday 18 November 2011

INDAHNYA HIDUP DENGAN SYUKUR


Oleh: Ayang Utriza NWAY

 « …Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu… ".
(QS. Ibrâhîm/14 :7)

“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.“
(QS. Al-Baqarah/2:152)

Diriwayatkan oleh Yahya Bin Ya’la dari Abu Khabab dari Atha’ yang berkata “Aku bersama Ubaid Bin Umair mengunjungi Aisyah ra. Dan berkata kepadanya,
“Ceritakanlah kepada kami sesuatu yang paling mengagumkan yang Anda lihat pada Rasulullah saw.!
Beliau mengangis dan bertanya “Adakah yang beliau lakukan yang tidak mengagumkan?
Suatu malam, beliau datang kepadaku, dan kami tidur di tempat tidur hingga tubuh beliau bersentuhan dengan tubuhku.
Setelah beberapa saat, beliau berkata “Wahai putri Abu Bakar, izinkalah aku bangun untuk beribadah kepada Tuhanku!“
Aku menjawab “Saya senang berdekatan dengan Anda, tapi aku mengizinkannya.“
Kemudian beliau bangun, pergi ke tempat kantong air dan berwudlu dengan mencucurkan banyak air, lalu salat.
Beliau mulai menangis hingga ari matanya membasahi dadanya, kemudian beliau rukuk dan terus menangis, lalu sujud dan terus menangis, lalu mengangkat kepala dan terus menangis.
Terus-menerus beliau dalam keadaan demikian sampai Bilal datang dan memanggil beliau untuk salat subuh.
Aku bertanya kepada beliau “Apakah yang menyebabkan Anda menangis wahai Rasulullah, sedangkan Allah telah mengampuni dosa-dosa Anda, baik yang dahulu maupun yang akan datang?“
Beliau menjawab “Tidakkah aku menjadi seorang hamba yang bersyukur? Bagaimana aku tidak akan menangis dedangkan Allah telah menurunkan ayat ini kepadaku:

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.“ (QS. Al-Baqarah/2:164)[1].


Rasulullah adalah contoh pribadi yang bersyukur atas apa yang Allah anugerahkan kepadanya, termasuk nikmat alam semesta yang diberikan kepada manusia. Dengan adanya alam ini, kita hendaknya dapat berfikir betapa banyak nikmat yang Allah berikan kepada kita. Nikmah inilah yang akan Allah tanyakan kepada kita di hari penghitungan, sebagaimana firman Allah swt.:

“Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).“ (QS. Al-Takâsur/102:8).


Kemanakah kita gunakan nikmat yang Allah berikan. seperti diriwayatkan al-Baghawi dalam tafsirnya[2] bahwa nikmat di sini berarti:

·         Ibnu Mas’ud berkata yaitu nikmat aman dan sehat
·         Qatâdah berkata sesunguhnya Allah bertanya semua nikmat yang Allah berikan kepada setiap orang.
·         Ibnu ’Abbas berkata yaitu nikmat sehat badan, pendengaran, penglihatan. Allah akan menanyakan hambanya mereka menggunakannya untuk apa.
·         Ikrimah berkata yaitu nikmat kesehatan dan kelapangan
·         Said Bin Jubayr berkata yaitu nikmat kesehatan, kelapangan, dan harta.
·         Dari Abu Hurayrah, Rasulullah bersabda „“Hal pertama dari nikmat yang ditanyakan Allah kepada seorang hamba adalah: bukankah telah kami sehatkan badanmu? Memberimu minum dari air yang dingin?.
·         Dari Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda “Dua nikmat yang sering dilupakan manusia: nikmat sehat dan lapang.“

Semua nikmat yang Allah berikan kepada kita akan diminta pertanggungjawabannya di hadapan Allah: bersyukurkah atau malah mengingkari nikmat itu? Lalu apakah syukur itu?

Kata Imam al-Ghazali syukur adalah isti’mâl al-ni’mah fî al-tharîq alladzî khuliqa lahu, yaitu menggunakan nikmat di jalan yang diciptakan untuknya[3]. Jadi, syukur adalah menggunakan satu hal sesuai dengan maksud dan tujuan diciptakan hal tersebut. Hakikat syukur kata Imam al-Qusyairi adalah memuji Sang Pemberi kebajikan dengan mengingat-ingat anugerah yang telah diberikan kepadanya. Bersyukur, kata sufi Junayd al-Baghdadi, adalah bahwa engkau memandang dirimu tidak layak menerima nikmat tersebut.

Syukur itu harus diwujudkan dengan tiga hal[4]:

  1. Dengan hati, yaitu merasakan kebaikan yang Allah berikan dan mengingat Allah di dalam hati bahwa Dia-lah yang memberikan semua nikmat itu, dan tidak melupakannya dengan cara terus berzikir atau mengingat Allah. Bersyukur dengan hati berarti terus-menerus memuliakan Allah swt.
  2. Dengan lisan, yaitu mengucapkan syukur dengan memuji Allah, seperti Alhamdulillah. Syukur dengan lisan berarti pengakuan atas anugerah yang Allah berikan.
  3. Dengan tubuh, yaitu menggunakan nikmat yang Allah berikan untuk ketaatan kepada-Nya dan tidak menggunakannya untuk hal-hal yang maksiat. Syukur dengan tubuh berarti mengambil sikap setia dan mengabdi kepada Allah. Misalnya, diciptakan kaki untuk berjalan, diciptakan mata untuk melihat, diciptakan kuping untuk mendengar ; semuanya digunakan dalam hal-hal yang baik dan positif, dan bukan sebaliknya : kaki diciptakan bukan  untuk berjalan ke tempat-tempat maksiat, untuk menendang orang, menginjak hak-hak orang, mata diciptakan bukan untuk melihat hal-hal yang haram, memelototi orang, memandang rendah orang ; kuping diciptakan bukan untuk mendengar pembicaraan yang tidak berguna dstnya.


Allah menaruh perhatian amat penting bagi orang-orang yang bersyukur ini, karena dari seluruh umat Islam yang bersyukur hanya sedikit sekali, sesuai dengan firmannya.

«…Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih. (QS. Saba/34 :13)


Nabi Musa atau Daud bertanya “Tuhanku, bagaimana aku dapat bersyukur kepada-Mu, sedangkan bersyukur itu sendiri adalah nikmat dari-Mu?“ Allah mewahyukan kepadanya “Sekarang, engkau telah bersyukur kepada-Ku.[5]“ Nabi Idris as. Memohon dipanjangan usianya, ketika ditanya mengapa ia meminta kepada Allah hal itu, Nabi Idris menjawab “Agar aku dapat bersyukur kepadanya, karena selama ini aku berjuang hanya untuk memperoleh ampunan.[6]

Para sufi berkata “Orang yang bersyukur adalah orang yang bersyukur atas apa yang ada, dan orang yang sangat bersyukur adalah bersyukur atas apa yang tidak ada. Orang yang bersyukur adalah berterimakasih atas pemberian, tetapi orang yang sangat bersyukur adalah berterimakasih karena tidak diberi. orang yang beryukur manakali anugerah diberikan, dan orang yang sangat bersyukur berterimakasih manakali anugerah ditunda[7].

Mengapa syukur itu begitu penting? Karena dengan bersyukur saja, Allah akan menambah nikmat, sebagaimana firman Allah swt:

“...dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.“ (QS. Al Imrân/3:144)


Allah akan menambah nikmat kepada kita, jika kita mensyukuri nikmat itu untuk dekat kepada Allah, melaksanakan perintahan dan menjauhi larangannya, sesuai dengan firman Allah:

« …Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu… ". (QS. Ibrâhîm/14 :7)



[1] Al-Qusyairi, op.cit., hlm. 194-195.
[2] Abû Muhammad al-Husayn Ibn Mas’ûd al-Baghawi, Ma’âlim al-Tanzîl, Beirut : Dâr Ibn Hazm, 1423 H./2002 M., hlm.1430-1.
[3] al-Ghazali, Mukhtasar Ihyâ ‘Ulumiddîn, Beirut :Dâr al-Fikr, 1414 H/1993 M., hlm. 205-207.
[4] al-Ghazali, op.cit., 205-6, dan al-Qusyairi, Risalatul Qusyairiyyah, terj. M. Lukmanul Hakiem, Surabaya:Risalah Gusti, 2000, hlm. 195-196.
[5] al-Ghazali, op.cit., hlm. 206 dan al-Qusyairi, op.cit., hlm. 197
[6] al-Qusyairi, op.cit., hlm. 199
[7] al-Qusyairi, op.cit., hlm. 196-197

No comments: