Saturday 26 November 2011

HARI KIAMAT DALAM ISLAM

QS. Surat al-Naba/78 
Ayang Utriza NWAY

Surat al-Naba, surat yang ke-78 yang berarti kabar, diturunkan di Mekah.

1.  Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya?

Yang bertanya di sini adalah orang-orang musyrik. Ayat ini adalah jawaban terhadap orang musyrik yang selalu bertanya-tanya, tentang apa ? Ayat ke-2 menjelaskan


2.  Tentang berita yang besar,

Mereka bertanya mengenai al-naba al-azhîm, berita besar. Menurut Qatadah dan Ibnu Zayd berita besar di sini adalah kebangkitan setelah kematian, sementara menurut Mujahid adalah Alquran. Ibnu Katsir memilih pendapat pertama, yaitu kebangkitan setelah kematian. Hal ini diperkuat oleh ayat ke-3, yaitu:


3.  Yang mereka perselisihkan tentang ini.

Sikap orang-orang terhadap hari berbangkit ada 2: ada yang percaya (mukmin) dan ada yang tidak percaya (kafir). Mereka yang beriman percaya bahwa ada hari kiamat, sementara orang-orang kafir ingkar terhadap kepastian datangnya hari kiamat. Terhadap orang-orang yang tidak percaya terhadap hari kiamat Allah berfirman:

4.  Sekali-kali tidak, kelak mereka akan mengetahui,
5.  Kemudian sekali-kali tidak; kelak mereka Mengetahui.

Kedua ayat ini menggambarkan ancaman yang sangat serius dan janji yang pasti dari Alalh. Kalau mereka tidak percaya, tidak apa-apa, tapi lihat nanti mereka pasti akan tahu betapa hari kiamat itu benar adanya. Kapan mereka akan mengetahui? Nanti setelah meninggal, mereka benar-benar akan mengetahui bahwa hari berbangkit atau kiamat itu benar adanya. Hal ini sama seperti kita, kalau kita sudah memberitahu seseorang akan bahaya yang akan terjadi, jika melakukan hal tertentu yang kita sudah mengetahui, namun orang yang kita beritahu tidak tahu tidak mau mengerti, maka kita sering mengatakan “Lihat saja nanti, kamu juga akan tahu…”. Di ayat selanjutnya, Allah mengajak kita untuk berfikir akan keagungannya dan seluruh anugerah yang Allah telah berikan kepada kita. Ini semua untuk mengingatkan kita akan kebesaranNya.


6.  Bukankah kami Telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan?,

Allah telah jadikan bumi ini hamparan yang luas untuk semua makhluk ciptaannya. Allah ciptakan benua yang luas dengan daratannya untuk ketentraman umat manusir.


7.  Dan gunung-gunung sebagai pasak?,

Allah ciptakan gunung-gunung di seantero dunia sebagai penyanggah bumi, sebagai paku bumi, atau dalam istilah arsitektur: gunung-gunung ini berfungsi sebagai ‘cakar ayam’ agar kuat untuk menopang beban yang ada di atasnya. Demikian juga gunung-gunung, mereka menopang bumi agar kuat menopang beban yang ada di atas, agar bumi tidak goyang, tidak goyah.

8.  Dan kami jadikan kamu berpasang-pasangan,

Allah jadikan manusia berpasang-pasangan. Allah menciptakan lelaki dan perempuan. Lalu dengan cara yang sah dan halal yaitu pernikahan, kita dapat menikmati hasil dari ciptaan Allah ini. Dari Pernikahan ini lahirlah anak-keturunan.


9.  Dan kami jadikan tidurmu untuk istirahat,

Allah jadikan tidur kita sebagai istirahat setelah seharian penuh bekerja keras, capek ke sana dan ke mari.

10.  Dan kami jadikan malam sebagai pakaian,

Allah jadikan malam ini sebagai pakaian. Diibaratkan malam ini adalah selimut untuk tidur kita agar nyenyak dan keesokan harinya, ketika azan subuh memanggil, badan kita sudah enak dan segar sehingga kita dapat beraktifitas lagi seperti sediakala. Malam itu ibarat tubuh kita yang butuh pakaian untuk menutupinya. Demikian juga jagat raya dan seisisinya seperti tubuh yang butuh pakaian. Pakaian untuk alam ini adalah malam. Dengan adanya malam, dunia dapat istirahat dari eksploitasi manusia di siang hari.

11.  Dan kami jadikan siang untuk mencari penghidupan,

Allah jadikan siang untuk kehidupan. Siang adalah wahana dan sarana umat manusia untuk bekerja dan mendapatkan hasil yang diinginkan. Di siang hari semua aktifitas dilakukan.


12.  Dan kami bina di atas kamu tujuh buah (langit) yang kokoh,

Allah telah menciptakan tujuh langit yang sama besar, luas, tinggi dan kuatnya yang Allah hiasi dengan bintang-bintang dan benda-benda planet lainnya, demikian ungkap Ibnu Katsir. Hamka mengatakan bahwa tujuh adalah angka yang menandakan banyaknya jumlah tersebut dan karenanya bahwa Allah telah menciptakan langit banyak. Ada Tujuh langit, dari langit terbawah hingga teratas. Menurut Abdullah Yusuf Ali bahwa angka tujuh merupakan simbol mistik: bahwa ada bermacam-macam tingkatan spiritualitas.

13.  Dan kami jadikan Pelita yang amat terang,

Pelita yang amat terang ini maksudnya adalah matahari (al-syams al-munîrat), jelas Ibnu Katsir dan Abdullah Yusuf Ali (that is, the sun). Matahari ini ibarat pelita yang besar yang berfungsi menerangi sesuatu yang gelap. Dan matahari menerangi bumi dan seisinya. Wahhâj di sini para mufassar mengatakan sesuatu yang menyala amat terang cahayanya, sementara menurut Ibnu Abbas bersinar kemilau (safwat al-tafâsîr).

14.  Dan kami turunkan dari awan air yang banyak tercurah,

Kata mu’tsirât di sini memiliki beberapa arti, pertama, menurut Ikrimah, Mujahid, Qatadah, Muqatil, Kalbi, Zayd Ibn Aslam dan anaknya Abdurrahman berarti ‘angin.’ Mengartikan mu’tsirat dengan al-riyâh, berarti angin, maksudnya dengan angin itu akan membuat berlimpah hujan dari awan, yang mendorong awan hingga turun hujan. Kedua, menurut Ali Ibn Abi Talhah, Ibnu Abbas, Ikrimah, Abu al-‘Aliyah, al-Dlahak, Hasan, Rabi’ Ibn Anas, Tsawri, Ibnu Jarir dan al-Farrâ’ kata mu’tsirat berarti awan. Menurut Qatadah mu’tsirat berarti langit, bagi Ibnu Abbas pendapat ini aneh. Ibnu Abbas sendiri memilih arti mu’tsirât sebagai awan. Mayoritas mufassir mengartikan mu’tsirat sebagai awan. Sajjâj menurut Tsawri ‘terus-menerus’, sementara menurut Ibnu Zayd ‘banyak,’ adapun menurut Ibnu Jarir berarti tercurah terus-menerus (al-sabbu al-mutatâbi’). Abdullah Yusuf Ali mengatakan bahwa ini adalah kekuasaan Allah dan kemurahannya yang telah menciptakan 4 kelompok, yaitu 1. Alam sekitar (ayat 6-7), 2. Alam fisik, mental dan spiritual diri manusia (ayat 8-11), 3. Bintang dan matahari (ayat 12-13), 4. Saling keterkaitan antara bumi, air dan langit dalam lingkaran air, awan, hujan, kebun. Semua ini melayani bumi dengan caranya masing-masing untuk manfaat kita semua.

15.  Supaya kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan,

Dengan air yang tercurah dari awan akan tumbuh biji-bijian (habb) seperti padi, jagung, kentang, mentimun dll yang darinya manusia atau binatang dapat mengambil manfaat. Dari air hujan tadi juga, akan tumbuh berbagai tetumbuhan, selain biji-bijian, baik sayur-mayur atau buah-buahan. Nabâtan berarti, kata Ibnu Katsir, sayuran hijau yang dimakan mentah-mentah.

No comments: