Thursday 15 May 2014

Sumbangsih Islam Untuk Perbaikan Pendidikan Nasional


Oleh: Ayang Utriza Yakin, PhD.

Pada tanggal 2 Mei ditetapkan sebagai hari pendidikan nasional Indonesia. Hari ini dirayakan sebagai hari pendidikan nasional sebagai penghargaan terhadap para perintis kemerdekaan awal yang memperjuangkan hak-hak pendidikan bangsanya. Hal ini sangat penting untuk mengingatkan kepada kita mengenaikan pendidikan. Terlebih, di saat sekarang di mana dunia pendidikan dalam keadaan yang suram: mulai dari TK sampai Perguruan-Tinggi, dari persoalan pelecehan seksual kepada anak-anak TK hingga kekerasan dan tawuran pada anak-anak SMP, SMA, dan perguruan tinggi. Belum lagi masalah kecurangan dan kebohongan para peserta didik kita dalam ujian dan para guru/dosen yang melakukan tindakan tidak terpuji berupa korupsi: uang maupun waktu. Ini adalah cermin suram pendidikan kita. Lalu, apa tujuan dan makna pendidikan kalau awalnya untuk meluhurkan budi-pekerti, tetapi yang terjadi malah sebaliknya? Apa yang salah dalam pendidikan kita? Persoalan terlalu banyak dan jawabannya pun bisa banyak. Pada kesempatan singkat ini, khatib ingin mengulas dari sudut pandang agama kita, agama Islam.

Pendidikan di Indonesia semakin tidak meningkatkan budi pekerti dan akhlak luhur peserta didik karena para murid dan guru tidak lagi menjadikan pendidikan sebagai ibadah. Bagi murid, pendidikan hanya dijadikan sebagai rutinitas dan kewajiban, atau bahkan lebih buruknya lagi, hanya untuk mendapat selembar ijazah untuk bersaing di pasar kerja. Bagi guru, pendidikan hanya sebagai alat memenuhi kebutuhan hidup. Nah, cara pandang yang keliru terhadap pendidikan ini yang harus diubah. Pendidikan bukan hanya pergi ke sekolah bagi murid dan mengajar bagi guru, tapi lebih penting dari itu pendidikan adalah sarana ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Jika cara pandang tersebut sudah berubah, maka kesungguhan menuntut ilmu memang karena kebutuhan dan bukan karena kewajiban. Islam menempatkan begitu mulia bagi mereka yang berilmu. Allah swt. berfirman:

Yarfa’illâhul lazîna âmanû minkum wallazîna ûtûl ‘ilma darajâtin.
Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman dan diberi ilmu beberapa derajat.

Bahkan, Rasulullah bersabda tentang kemulian seorang penuntut ilmu. Hadis dari Abu Darda ra. yang diriwayatkan oleh Abu Dawud (hadis no. 3641, hlm. 428, juz 3, Sunan Abi Dawud, Beirut, Dâr al-Ma’rifat, 1422/2001).

Man salaka tariqan yatlubu fîhi ‘ilman, salaka Allâhu bihi tariqan min turuqil jannat, wa innal malâ’ikata latada’u ajnihataha ridan litâlibil ‘ilmi, wa innal ‘âlima layastagfiru lahu man fis samâwâti wa man fîl ardi, wal hîtani fi jawfil mâ’I, wa inna fadlal ‘âlimi ‘alal ‘âbidi kafadlil qamari laylatal badri ‘alâ sâ’iril kawâkibi, wa innal ‘ulamâ’ warasatul anbiyâ, wa innal anbiya’a lam yuwarrisû dînâran wa lâ dirhaman, warrisûl ‘ilma, faman akhazahu akhaza bihazzin wafirin.

“Barang siapa yang mencari suatu jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan carikan jalan baginya dari jalan-jalan surga. Para malaikat dengan rela akan mengepakkan sayap-sayap mereka bagi para penuntut ilmu. Semua apa yang ada di langit dan di bumi, bahkan ikan-ikan di dalamnya lautan, akan memohonkan ampun bagi orang yang berilmu. Kelebihan seorang yang ahli berilmu (berpengetahuan) dengan orang yang ahli beribadah seperti keunggulan bulan saat malam purnama dibandingkan dengan seluruh bintang-bintang. Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, tetapi mewariskan ilmu. Barang siapa yang mengambil ilmunya, maka telah mengambil dengan bagian wafir (yang benar?).

Subhallah, mendengar hadis di atas, kita menjadi paham betapa mulianya seorang pendrai ilmu, betapa agungnya para murid TK, SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi jika niat mereka diluruskan bahwa belajar adalah ibadah. Jika pergi ke sekolah untuk belajar diniatkan sebagai ibadah, maka para murid itu akan dinaungi oleh malaikat dan semua yang ada di langit dan bumi akan meminta ampun untuk mereka. Tentu, hadis ini berlaku bukan saja mereka yang menuntut ilmu secara formal di bangku sekolah dan perguruan tinggi, tetapi juga para bapak/ibu yang keluar rumah untuk menuntut ilmu baik ilmu agama maupun ilmu umum, maka Allah akan bukakan pintu surga, malaikat akan naungi dengan sayapnya, dan semua apa yang ada di bumi dan langit meminta ampun untuk kita. Allahu akbar, begitu mulianya seorang yang mencari ilmu dalam agama Islam. Kemulian itu terletak pada niat dan juga tujuannya. Jelas, saat belajar juga harus memperhatikan semua adab dan tata-cara yang harus sesuai dengan tuntutan agama dan tujuan dari ilmu yang kita peroleh juga untuk kebaikan banyak orang.

Kalau cara belajar tidak benar, seperti curang dengan cara suka menyontek, menganggu pencari ilmu yang lain, maka hal ini tidak akan mendapatkan keistimewaan seperti yang diungkapan dalam hadis di atas. Demikian juga, jika sudah memiliki ilmu, baik agama maupun umum, tapi digunakan untuk hal-hal tercela, seperti korupsi, maka bukan surga yang Allah akan sediakan, tetapi neraka, bukan sayap yang akan dikepakkan oleh malaikat untuk menaungi, tetapi cakarnya, bukan ampunan yang dimintakan oleh semua isi langit dan bumi, tapi kutukan.

Coba kita perhatikan, betapa banyak orang yang pintar, tetapi menggunakan kepintarannya untuk menghabisi uang rakyat, mulai dari pejabat tinggi dan tertinggi negara sampai RT, PNS atau swasta, buruh atau pegawai, sama saja kalau pintar, tapi menggunakan kepintarannya untuk mengambil yang bukan haknya. Kalau seperti ini, bukan ampunan, tetapi malah laknat dan kutukan yang akan diterima. Secara hukum, dikejar-kejar KPK, belum lagi diumpat dan dihardik oleh rakyat, dilaknat oleh alam dan bumi ini. Nauzubillah….

Jadi, kita semua harus merubah niat mencari ilmu, baik bagi murid TK-SMA, mahasiswa/i di PT, maupun kita orang dewasa yang mencari ilmu baik agama di pengajian-pengajian, maupun ilmu umum untuk jenjang S-2 dan S-3 atau kursus-kursus: niat beribadah. Dengan niat ibadah mencari ilmu, maka keutamaan-keutamaan yang disabdakan Rasulullah saw. akan menjadi milik kita.

1. Mencari ilmu itu, akan memudahkan jalan ke surga. Rasulullah saw. bersabda dalam hadis yang diriwayatkan Tirmizi dari Ibnu Abbas (hadis no. 2645,  hlm. 1031, Sunan al-Tirmizi, al-Jâmi’ al-Sahîh, Beirut, Dâr al-Ma’rifah, 1432/2002):

man salaka tariqan, yaltamisu fihi ilman, sahhalallâhu lahu tariqan ilal jannah, barang siapa yang mencari jalan untuk meraih ilmu, maka Allah akan mudahkan jalan baginya jalan ke surga.

2. Orang yang belajar atau menuntut ilmu, seperti mujahid.
Hadis no. 2647, diriwayatkan Tirmizi dari Anas Ibn Malik, Rasulullah bersabda:

Man kharaja fi talabil ilmi, kâna fi sabîlillâhi hattâ yarji’a
Barang siapa keluar mencari ilmu, seakan ia berjuang di jalan Allah hingga ia kembali.

3. Belajar sebagai penggugur dosa. Hadis no. 2648, hadis yang diriwayatkan Tirmizi dari Sahbarah, Rasulullah bersabda:

Man talabal ilma, kâna kaffâratan limâ madâ.
Barang siapa yang menuntut ilmu, maka menggugurkan dosa yang telah lampau.

Demikianlah betapa agungnya orang yang menuntuk ilmu, orang yang belajar. Oleh karena itu, marilah kita ubah niat kita saat belajar. Niatkan untuk beribadah dan untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat dengan diiringi cara-cara yang benar dan kegunaan ilmu itu juga untuk kemanfaatan banyak orang.

Dengan hari pendidikan nasional, kita sebagai mayoritas penduduk negeri ini harus menjadi penggerak bagi perubahan pendidikan yang karut-marut selama ini. Perhatian dan kepeduliaan bagi murid dan guru harus ditingkatkan. Niat, prilaku, dan akhlak dalam belajar harus diperbaiki. Marilah kita jadikan 2 Mei sebagai awal perubahan niat dalam menuntut ilmu. Tentu, bukan saja untuk para murid dan mahasiswa, tetapi bagi kita juga para orang tua marilah kita terus tingkatkan pengetahuan dengan menjadikan membaca menjadi budaya keseharian kita. Mari kita benarkan niat kita dalam belajar, dalam membaca, dalam mengajar, semata-mata untuk beribadah. Dengan demikian, kita akan lebih berhati-hati dalam belajar, lebih memperhatikan cara dan tujuan dari belajar itu sendiri.  Semoga Allah swt. meridai perubahan ini.

No comments: